Posted by : Unknown Wednesday, June 18, 2014


Suatu hari Nabi meramalkan bahwa Islam akan berjaya menguasai Mesir pada saat Umar berkuasa dan ternyata benar terjadi. Kepada Umar nabi berkata” hai Umar, kalau Islam sudah sampai ke Mesir, maka kerabat bibimu ini jangan kamu ganggu”. Bibi di sini maksudnya adalah Maria Al Qibtiyah, mantan pemeluk Kristen Koptik yang merupakan salah satu istri nabi yang berasal dari Mesir.   Maria dihadiahkan gubernur Mesir, Muqawqis ketika nabi mengirim surat diplomasi keagamaan. Meski tak bersedia memeluk Islam, namun sikap Muqawqis amat santun. Muqawqis tak meremehkan surat Nabi seperti Kisra Persia. Muqawqis justru menghadiahkan keledai kesayangannya, seperangkat tempat minum dan Maria kepada Nabi.   Kepada sahabat lain nabi bahkan berpesan lebih unik. Sebuah riwayat yang diriwayatkan  Ibnu Hisyam menjelaskan sabda nabi agar kaum muslim menghormati komunitas non muslim (ahlu zimmah) dari bangsa Afrika keriting di Mesir bukan saja karena adanya hubungan semenda akibat dikawininya Maria tapi juga ada hubungan nasab.  

Nasab ini jelas merujuk kepada Hajar, istri Ibrahim. Hajar sendiri adalah seorang budak Afrika yang dihadiahkan kepada Ibrahim oleh raja Mesir saat itu. Dari perkawinan dengan Ibrahim inilah, Hajar memperoleh putra yaitu Ismail yang kemudian menurunkan bangsa Arab Quraisy, termasuk di dalamnya nabi Muhammad.   Luar biasa sekali toleransi nabi kita, meski komunitas Afrika Mesir saat itu beragama Kristen Koptik dan jarak kekerabatan nabi dengan bangsa tersebut telah berjarak ribuan tahun namun nabi tetap menganggap orang-orang Mesir sebagai kerabat dan karenanya harus dihormati. Sampai hari ini, komunitas Kristen Koptik masih hidup damai di Mesir. Sikap ini seharusnya menjiwai kehidupan keberagamaan kita.  

Penghormatan generasi Islam awal juga tinggi terhadap komunitas non muslim. Wilayah Abbesinia (Ethiopia) misalnya sampai detik ini tak pernah kedatangan militer Islam. Ketika futuhat (pembebasan) negeri yang berwujud ekspansi militer Islam terhadap banyak wilayah dunia, Abbesinia justru tak pernah disentuh sama sekali. Padahal wilayah itu dekat dengan poros kekuatan Islam seperti Mesir dan Afrika Utara. Abbesinia dihormati karena rajanya di masa Nabi, Negus, adalah pelindung pertama kaum muslim ketika hijrah pertama.  

Dalam sejumlah riwayat disebutkan bahwa Negus ini menerima dakwah Islam  sehingga ketika meninggal dishalatkan secara gaib oleh nabi dan kaum muslim Namun, para pengganti Negus murni pemeluk Kristen. Kaum muslim masa itu yang supremasi militernya super kuat tak berniat untuk mengekspansi Abbesinia dan mengislamkan warganya melalui jalur kekuasaan.  

Dakwah Islam ke Abbesinia murni dakwah damai seperti Indonesia. Hari ini, Abbesinia memiliki jutaan minoritas muslim, namun agama Islam yang dianut sebagian penduduk Abbesinia itu murni karena dakwah damai melalui sufisme, perdagangan dan perkawinan. Kecenderungan dakwah seperti ini merupakan pola dakwah yang umum di Afrika Timur dan Barat. Ada puluhan juta kaum muslim di Afrika Timur sejak Ethiopia sampai Mozambique, juga di pantai barat Afrika dari Nigeria sampai Kamerun. Ironisnya, Abbesinia justru diekspansi pemerintah fasis Italia masa Musollini pada abad 20.   Inilah sikap toleransi Rasul dan generasi Islam awal terhadap kaum non muslim.

Rasul dan generasi Islam awal masih mempertimbangkan faktor budi baik dan kekerabatan dalam menjalin hubungan dengan non muslim. Islampun melarang pemutusan kekerabatan dan pertemanan hanya karena perbedaan agama. Dalam hadits riwayat Hasan Bin Sufyan, nabi mengatakan bahwa tetangga non muslim masih memiliki satu hak yaitu hak sebagai tetangga yang harus dihormati, dibantu dan dilindungi.   Indonesia berdiri karena peran serta seluruh komponen anak bangsa baik mayoritas muslim maupun minoritas non muslim. Kita memiliki banyak pahlawan Kristen dalam perjuangan kemerdekaan kita. Ada jutaan penganut Kristen di Indonesia dan sudah pasti memiliki kekerabatan minimal secara etnis dengan mayoritas muslim.   Hari ini, boleh jadi komunitas Kristen di tanah air adalah mereka yang memiliki hubungan keluarga, pertemanan, etnis dan pastinya satu bangsa dengan kita. Kristen Indonesia masa kini bukanlah mereka yang terkena stigma Holandisasi ala zaman kolonial. Menghormati mereka sama nilainya seperti penghormatan rasul terhadap kaum Koptik Mesir.  

Oleh: Syarif Hidayat Santoso
Sumber: Okezone


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Wikipedia

Search results


Powered by Blogger.

Popular Posts

Copyright © HMI Kom. Teknik Unsyiah

Designed by Amirul Mukminin