Archive for 2013-09-22

10 Amalan Harian Penyegar Iman



1. DZIKIR PAGI SORE ..

"Dan sebutlah (nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai."(Q.S. Al-A'raf : 205)

2. RUTIN SHALAT DHUHA ..

"Pada pagi hari setiap persendian kalian diwajibkan sedekah, setiap ucapan tasbih itu bernilai satu sedekah, setiap kalimat tahmid itu bernilai satu sedekah, satu ucapan tahlil bernilai satu sedekah, satu ucapan takbir bernilai satu sedekah. memerintah yang ma'ruf satu sedekah, mencegah yang mungkar satu sedekah. Dan semua itu bisa diganti dengan dua raka'at shalat dhuha."(HR. Muslim)

3. SHALAT BERJAMA'AH TEPAT WAKTU ..

"Kalau saja manusia tahu pahala panggilan shalat dan shaf awal, kemudian mereka tidak bisa mendapatkannya selain harus dengan mengundi, pasti mereka akan mengundi,"(H.R Muslim)

4. MENJAGA SHALAT RAWATIB ..

"Tidaklah seorang hamba melakukan shalat sunnah dengan ikhlas lillahi ta'ala setiap hari sebanyak 12 rakaat, melainkan pasti Allah akan membangunkan rumah di jannah."(H.R.Muslim)

5. MEMBACA AL QURAN ..

"Bacalah al Qur'an karena sesungguhnya al qur'an akan datang sebagai pemberi syafaat bagi sahabatnya (orang yang rajin qira'ah qur'an)." (H.R. Muslim)


6. BERUSAHA DALAM KONDISI SUCI ..

"Sesiapa yang berwudhu' dan membaguskan wudhu'nya, kesalahan-kesalahannya akan keluar dari jasadnya, bahkan sampai keluar dari ujung-ujung kukunya." (H.R. Muslim)

7. SEDEKAH HARIAN ..

"Seorang lelaki datang menemui rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan bertanya,"Wahairasulullah, sedekah apa yang paling utama?"

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjawab,"Bersedekahlah saat kau dalam kondisi sehat,kikir, takut miskin, dan sedang berharap menjadi kaya, tidak menunda sampai nyawa sampai di tenggorokan baru kau berkata,"Aku sedekahkan ini untuk si fulan segini," padahal itu sudah menjadi bagian si fulan(ahli warisnya) (H.R. Bukhari)

8. MEMBACA BUKU ..

"Katakanlah(wahai Muhammad) adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"(Q.S. Az-Zummar)

9. ISTIGHFAR MINIMAL 100X ..

"Demi Allah, aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari."(H.R.Muslim)

10. WITIR SEBELUM TIDUR ..

"Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata,"Kekasihku (rasulullah shalallahu alaihi wasalla) mewasiatkan padaku agar melaksanakan shaum tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha dan shalat witir sebelum tidur."(muttafaq alaih)


Sumber: Ar-Risalah
Saturday, September 28, 2013
Posted by Unknown
Tag :

Kupu-Kupu Hitam Putih


Menunggu matahari terbit dimusim hujan
Mendung menjadi teman ada juga keindahannya
Butir embun yang ada di daun bagai intan berlian
Lebih riang ia berkilauan karena matahari tertutup awan

Iri aku menyaksikan itu tapi kutekan aku harus bersyukur
Berguru pada kenyataan pada makhluk tuhan yang katanya tak berakal

Suara burung di dahan nyanyian alam
Bekerja ia mencari makan ada juga yang membuat sarang
Iri aku menyaksikan itu tapi kutekan aku harus bersyukur
Berguru pada kenyataan pada makhluk tuhan yang katanya tak berakal

Kupu-kupu hitam putih terbang di sekitarku
Melihat ia menari hatiku terpatri
Sepasang merpati bercumbu di balik awan
Kemudian ia turun menukik sujud syukur pada-Nya

Mendung datang lagi setelah hangat sebentar
Butir embun hilang aku jadi termenung
Mencari pegangan mencoba untuk bersandar
Langit makin hitam aku jadi berharap pada hujan

Kupu-kupu hitam putih terbang di sekitarku
Melihat ia menari hatiku terpatri
Sepasang merpati bercumbu di balik awan
Kemudian ia turun menukik sujud syukur pada-Nya


Oleh:
Virgiawan Listanto
Friday, September 27, 2013
Posted by Unknown
Tag :

Event: Web Design And Bussines Solution


Sumber: www.sisfotimeittelkom.com
Thursday, September 26, 2013
Posted by Unknown
Tag :

Inggris Dan Islam Kosmopolitan


Soal Islam kosmopolitan yang didiskusikan dengan Marie le Guin di parlemen Prancis rasanya relevan juga jika diteropong lewat kehidupan Islam di Inggris.Pemerintah Inggris tidak mengabaikan sama sekali keberadaan kaum muslimin, tetapi mengajaknya dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. Islam kosmopolit yang dibawa oleh Gus Dur seperti yang kami diskusikan di parlemen Prancis tampaknya lebih bersambut di Inggris. Kesan ini diperoleh setelah kami melakukan diskusi dengan Muhammad Bilal Abdallah, seorang tokoh Islam yang juga Direktur Ebrahim Community College, sebuah lembaga pendidikan Islam yang sangat aktif di London.

Rombongan saya tiba di London pada Jumat pagi tanggal 19 Oktober ketika Kota London diliputi udara dingin. Saat akan melakukan salat Jumat, ternyata sangat mudah bagi kami untuk mencari masjid. Kuasa Usaha Ad Interim KBRI di London Dewa Made Sastrawan menawarkan beberapa tempat kepada kami untuk melakukan salat Jumat. Di Masjid Sultan Qatar yang kami pilih sebagai tempat salat ternyata salat Jumat diselenggarakan sampai dua gelombang karena masjid berlantai tiga itu tak mampu menampung jamaah jika hanya dilakukan satu gelombang.

Di Inggris terdapat tak kurang dari 3.000 masjid yang tersebar di berbagai tempat. Pengalaman ini sangat kontras dengan yang kami lihat di Cordoba, Spanyol, yang ternyata sangat sulit mencari masjid. Padahal, Islam pernah berjaya di Spanyol selama tak kurang dari hampir delapan abad (785 tahun) dan pernah memiliki Masjid Cordoba yang pada masanya merupakan masjid terbesar di dunia. Sekarang ini Masjid Cordoba malah menjadi katedral atau gereja induk yang oleh otoritas pengelolanya disebut The Mother Church of the Deoceses.

Statement SBY-Blair
Meski dari terminologi politik mungkin kurang tepat, tidaklah berlebihan ketika AM Fatwa mengatakan bahwa masyarakat Inggris tidaklah sekuler karena justru agama Islam berkembang pesat di sana. Umat Islam sebagai entitas dengan jumlah kira-kira 2 juta orang di Inggris tidaklah dipinggirkan oleh pemerintah, melainkan diakomodasi di dalam politik dan pemerintahan. Direktur Ebrahim Community College Muhammad Bilal Abdallah menjelaskan bahwa banyak pejabat Inggris yang sering mengajak tokoh-tokoh Islam untuk membicarakan berbagai persoalan, terutama jika ada kebijakan yang mungkin akan bersinggungan dengan kaum muslimin.
Bahkan, pada Lebaran 2007 ini Wali Kota London menyelenggarakan halalbihalal di Trafargal Square. Bukan hanya itu. Ternyata di parlemen Inggris sudah ada wakil rakyat yang beragama Islam, baik di House of Commons (DPR) maupun di House of Lords (Senat) yang jumlahnya mencapai 11 orang. Menurut Muhammad Bilal, hampir dapat dipastikan bahwa pada pemilu yang akan datang jumlah orang Islam di parlemen akan bertambah. Kenyataan ini sangat menarik karena ketika di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini ada satu-satunya orang muslim yang terpilih menjadi senator, itu menjadi berita yang besar, padahal penduduk AS jauh lebih besar jika dibandingkan dengan Inggris.


Perkembangan lebih positif tentang sikap Pemerintah Inggris terhadap umat Islam terjadi setelah dikeluarkannya Joint Statement antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair pada 30 Maret 2006 ketika PM Inggris itu berkunjung ke Jakarta. Setelah pernyataan bersama itu, Pemerintah Inggris mengkreasi pembentukan The Indonesia-UK Islamic Advisory Group (IAG) yang dengannya dibukalah jalur-jalur konsultasi antara umat Islam dan pemerintah, termasuk membicarakan sertifikasi makanan halal bagi umat Islam yang dijual di tempat-tempat umum. Lebih dari itu, berbeda dari masa lalu atau dari sementara negara lain, Inggris tidak pernah lagi mengaitkan terorisme dengan Islam.

Ketika beberapa waktu yang lalu terjadi aksi teror yang menggemparkan Inggris, Pemerintah Inggris ternyata hanya menyebut pelakunya sebagai teroris tanpa sama sekali mengaitkan dengan agama yang dipeluknya. Ini sangat positif dalam membangun saling pengertian karena tak ada satu agama pun yang membenarkan terorisme. Teroris bisa muncul dari penganut agama apa pun meski sudah pasti pada dasarnya teror itu dilarang oleh agama yang dipeluk para teroris itu sendiri.

Islam Kosmopolitan
Melihat hubungan umat Islam dengan pemerintah dan masyarakat Inggris yang seperti itu rasanya menjadi penting bagi umat Islam Indonesia untuk lebih memasyarakatkan penghayatan Islam yang kosmopolit. Sebagai negara bangsa yang begitu majemuk dari segi etnis dan agama, mungkin kita perlu belajar dan meniru Inggris. Kalau kaum muslimin Inggris yang jumlahnya sangat minoritas masih dihargai dan dihormati hak asasinya, umat Islam Indonesia pun seharusnya belajar dari sana untuk menghormati dan menghargai hak asasi pemeluk agama lain yang mungkin minoritas di Indonesia. Tak boleh ada teror atau penghakiman terhadap pemeluk agama lain.
Ini sangat penting karena sebagai bangsa kita sudah mempunyai modus vivendi (kesepakatan luhur) untuk hidup bersatu dalam kebinekaan dengan ikatan Pancasila. Modus vivendi itu menuntut kita saling toleran dan beradab terhadap pemeluk agama lain, tanpa melihat besar-kecilnya jumlah pemeluknya karena masalah pemelukan setiap orang terhadap agama itu secara universal merupakan hak yang paling asasi. Secara sederhana Islam kosmopolitan dimaksudkan bahwa Islam itu harus bermanfaat bagi umat manusia, ramah, tak ditakuti, dan menimbulkan rasa damai bagi setiap orang.Yang diperjuangkan dalam Islam kosmopolitan adalah nilai-nilai universal yang inklusif yang pasti diterima oleh setiap orang.


Perjuangannya tidak menghendaki formalisasi atau simbol-simbol eksklusif yang memberi kesan mengecilkan kelompok lain, melainkan menekankan diri pada nilai dasarnya yang universal seperti menegakkan keadilan dan hukum dalam bentuk perlawanan terhadap penguasa yang korup dan zalim, pembelaan terhadap kaum lemah, dan sebagainya. Di dalam konsep ini yang diperjuangkan adalah Allah sebagai rabbul ?alamien dan Islam sebagai rahmatan lil ?alamien. Di Indonesia sebenarnya sudah banyak tokoh penggagas dan pejuang Islam kosmopolitan dengan jutaan pengikutnya. Selain Gus Dur, kita masih dapat menyebut nama Nurcholish Madjid, Syafii Maarif, Moeslim Abdurrahman, dan sebagainya.Tetapi sayangnya ada saja orang Islam sendiri yang usil dengan mengatakan mereka sebagai Islam liberal dalam konotasi yang negatif, bahkan ada yang menyebutnya sesat.

*Moh Mahfud MD, Guru Besar Fakultas Hukum UII Yogyakarta

Sumber: Okezone


Posted by Unknown
Tag :

Mengungkap Rahasia Perjalanan Muhammad


IBNU Ishaq memberikan keterangan mengenai peristiwa Israk Mikraj Nabi Muhammad saw, dengan mengutip cerita dari Umm Hani Putri Abu Talib yang nama aslinya Hindun, mengenai perjalanan malam Muhammad. Katanya: “Nabi hanya mengadakan perjalanan ke langit ketika berada di rumah saya, malam itu Nabi tidur di rumah saya dan kami semua sedang tidur. Menjelang fajar subuh Nabi membangunkan kami dan setelah selesai shalat subuh, ia berkata: Oh Umm Hani, seperti kau maklum, semalam saya shalat malam terakhir bersama anda, lalu saya ke Bayt Muqaddis dan shalat di sana. Ia bangkit, keluar dan saya menarik jubahnya sampai kancingnya lepas. Kata saya: “Ya Rasullullah jangan engkau ceritakan peristiwa ini kepada khalayak ramai, nanti mereka akan menuduh engkau berdusta dan menghinamu. Kata Nabi: “Demi Allah, saya akan mengatakannya.” Sehingga setelah disampaikan kisah ini banyak dari mereka yang sudah menjadi muslim kembali murtad.

 Berbagai kontroversi
Telah terjadi perdebatan panjang apakah perjalanan itu hanya visi atau fisik. Ada yang mengatakan bahwa menurut Aisyah: “Tubuh Rasul berada di tempatnya, tetapi Allah memindahkan ruhnya di waktu malam”. Muawiyah juga berpendapat bahwa perjalanan Muhammad itu betul-betul sebuah ru’yah dari Allah. Dalam perjalanan waktu, banyak bumbu, banyak pendapat dan banyak perdebatan timbul dari peristiwa ini. Kisah ini jelas memperlihatkan sesuatu yang melanggar prinsip yang diklaim oleh Muhammad: “Bahwa ia hanya seorang di antara kamu, pemberi ingat yang tidak tahu apa yang akan terjadi kelak dengan dirinya maupun umatnya. Sebagaimana difirmankan Allah dalam Alquran. Satu-satunya mukjizat adalah Alquran sebagai bimbingan, hidayah bagi umat manusia.

Perjalanan fisik dengan Buraq itu memberikan Muhammad satu kekuatan supranatural, sebuah mukjizat baru yang sama sekali tidak disebut dalam Alquran, sehingga orang bertanya apakah memang betul tafsiran ayat itu demikian. Sebaliknya, perjalanan itu sendiri, bukanlah termasuk satu kaidah kepercayaan Islam yang mesti diimani, sehingga pembahasannya dapat dikatakan tidak terbatas dan kesimpulannya tidak pula memikul resiko dosa. Semangat zaman itu telah terus mendesak kita untuk menerjemahkan kata israk, membawa berjalan dalam pengertian sisik. Sama seperti dulu, Ulama menafsirkan Surah (94 : 1-3) dengan akibat terjalinnya kisah mengenai betapa beberapa orang berbaju putih datang, menangkap bocah Muhammad dan membelah dadanya untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam dadanya.
Sebenarnya kontroversi sekitar Israk ini sudah cukup lama, menguras banyak pendapat dari ulama terbaik yang pernah hidup, memang esensinya tidak ada yang bersengketa mengenai wujud kejadiannya, yang menjadikan kisah ini menghangat karena begitu banyak keterangan yang ditampilkan dan sering menjadi ajang polemik yang ingar bingar. Pertama-tama muncul adalah apakah perjalanan itu secara fiisk atau secara rohani saja. Hal ini sudah dibahas oleh para pakar, antara lain: Bukhari, Muslim, Ahmad Bin Hambal. Imam Baihaqi atau Turmuzi, semua sefaham dengan kejadiannya. 
Yang jadi soal sekarang adalah perjalanan ini terjadi dengan raga atau ruh saja. Bukan hanya itu kontroversi ini juga menyangkut kapan terjadinya, bahkan berapa kali peristiwa ini berulang, selain itu ada pula beda faham berbagai pendapat di atas dengan detil berbeda. Misalnya, mengenai kapan terjadinya : Apakah sesudah atau sebelum beliau menjadi Rasul, ataukah menjelang hijrah, Pada jarak dua masa itu lebih dari 10 tahun. Namun karena Surah Al-Isra disepakati sebagai surah ke-50 dari 86 surat yang turun di Mekkah, maka dapat diduga israk itu terjadi beberapa waktu sebelum hijrah. Bahkan mengenai tanggal pun ada berbagai pendapat, misalnya 27 Rajab, 27 Rabiul awwal, 29 Ramadhan, malahan ada lagi yang mengatakan 27 Rabiul akhir. 

Semua itu memperkirakan tahunnya berkisar antara saat menjadi Rasul dan beberapa tahun sebelum hijrah. Menurut Ibnu Qayyim, Isra terjadi satu kali, tetapi ada juga yang bilang dua kali, sekali beliau sadar dan sekali lagi sedang tidur. Konon ada alasan berdasar hadis mengenai dua kali perjalan Israk itu. Muawiyah Bin Abi Sofyan mengatakan Isra itu cuma mimpi. Namun sebagian besar pendapat bahwa beliau Isra dengan badan dan sadar, bukan ruh saja dan bukan pula sedang tidur. Ada lagi yang bilang Isra itu dengan tubuh, tapi Mikraj hanya dengan ruh.

Tidak hanya itu saja, ada juga masalah pangkalan berangkatnya, Hindun alias Umm Hani’ berkeras bahwa Israk hanya berlangsung dari rumahnya sendiri. Ada pula yang mengatakan Rasul kala itu berada di Kakbah dan dari sanalah beliau melakukan perjalanan malam tersebut. Ulama lain termasuk Hamka mengatakan bahwa Israk itu terjadi secara fisik dan ruh. Alasannya antara lain, kata bi ‘abdihi dalam Surah Al-Isra ayat 1 adalah satu hamba yang utuh yang terdiri atas jiwa dan ruh. Menurut mereka untuk mengatakan bahwa Israk hanya terjadi dengan salah satu jiwa atau raga, maka tentu ungkapannya akan lain dengan Alquran.

Kontroversi lainnya adalah dikaitkannya kewajiban shalat lima waktu dengan hasil tawar menawar dalam perjalanan Mikraj tersebut. Ketetapan shalat termasuk salah satu perintah Allah kepada Rasul yang paling awal. Sejak hari-hari pertama kerasulan Beliau, sejarah mencatat adanya shalat Rasul bersama Khatijah, Ali dan kemudian dengan pengikut lain. Alquran mencamtumkan betapa kaum musyrik mengganggu pelaksanan ibadah ini. Namun begitu, ketentuan mengenai jumlah berapa kali shalat itu, telah difirmankan Allah: “Dan dirikanlah shalat secara teratur pada kedua ujung hari dan pada awal malam hari. Sesungguhnya perbuatan baik menghapuskan dosa. Itulah peringatan kepada orang-orang yang mau ingat kepada Tuhan” (QS. Hud: 114).

Ayat di atas adalah satu-satunya ayat Makkiyah yang menentukan jumlah waktu shalat ini. Terlepas dari perbedaan cara penafsiran tentang ayat tersebut, sebagian ulama berpendapat bahwa kewajiban shalat itu telah ada dalam periode kenabian di Mekkah dan tidak perlu timbul dari tawar menawar dengan Allah, sebagaimana selalu dicantelkan pada misi Mikraj tersebut. Imam Ja’far Ash-Shadiq menyatakan bahwa hadis tawar menawar ini adalah hadis ahad yang hanya bersumber dari satu orang, lemah dan boleh ditinggalkan.

 Kebesaran Allah
Cerita Isra dan Mikraj yang dimuat Ibnu Ishaq itu adalah salah satu dari yang paling dini. Dalam perjalanan waktu ia menggelembung menjadi besar dan melayang-layang tak terkendali dan muncul dalam aneka variasi dan rincian yang bertambah semarak, maka tidaklah mengherankan kalau banyak pendapat telah, sedang dan agaknya bakal menyusul lagi. Walaupun ribuan pemuka muslim terbaik telah membahas soal ini lebih dari 1.000 tahun, namun setiap pemecahan hanya menambah isi bejana kontroversi yang tidak akan pernah penuh.

Secara garis besar kaum muslim, Ahl Sunnah maupun orang Syiah terbelah dua menanggapi kejadian yang dilaporkan ini. Perjalanan fisik atau ru’yah (visi). Kebanyakan ulama Syiah berpendapat itu itu perjalanan fisik, dengan raga, real dan nyata dan bukannya dengan jiwa (rohani) belaka. Syaikh Thusi misalnya, menyatakan perjalanan itu terjadi dalam keadaan bangun, sadar, bukan alam mimpi, tetapi yang disebutkan dalam Alquran ialah perjalanan dari Mekkah ke Bayt Muqaddis (Masjidil Aqsa) dan tidak ada keterangan tentang perjalanan selanjutnya.

Bagaimana sampai bisa ada perjalanan selanjutnya (Mikraj ke Siddratul Muntaha)? Itu adalah tafsiran surat Al-Najm (QS. 53 : 13-18) yang menunjukan kesempatan lain bagi Nabi melihat Jibril di Sidratul Muntaha. Pada kesempatan itu Allah membawa Nabi ke Langit dalam bentuk jasmani, beliau dalam keadaan sadar secara sempurna dan dalam keadaan hidup dan kebanyakan mufassir mempercayai demikian. Kalangan Ahl Sunnah mempunyai argumentasi serupa. Sebaliknya ada pula yang mengatakan perjalanan itu hanya visi, hanya rohani saja dan itu sudah cukup untuk menggambarkan kebesaran Allah kepada Rasulnya, sebagai cara untuk meluhurkan budi dan keyakinannya dalam mengajarkan Islam, seperti tercantum dalam Alquran (QS. 17 : 60).

Namun demikian, yang sangat penting bagi kita sebagai muslim adalah mempercayai wujudnya peristiwa ini yang tidak bisa diolah oleh akal pikiran manusia kecuali hanya dengan iman. Hal ini menunjukan akan besarnya makna bagi Rasullullah dan semua pengikutnya, di saat-saat Muhammad sedang gundah-gulana ketika ditinggalkan oleh istri tercinta Siti Khadijah dan pamanda Beliau Abi Thalib. Nah, inilah salah satu rahasia perjalanan Nabi Muhammad SAW sebagai misi Allah untuk menunjukan kebesaranNya dan sekaligus mengobati hati Nabi Muhammad saw yang telah luka. Allahu ‘alam. 

* Dr. Munawar A. Djalil, MA, Pegiat Dakwah dan Kabid Bina Hukum Dinas Syariat Islam Aceh. Email: aburiszatih@yahoo.co.id

Sumber: Serambi Indonesia
Tuesday, September 24, 2013
Posted by Unknown
Tag :

Mendeteksi Derajat Taqwa


TUJUAN dari ibadah puasa menurut Alquran adalah agar kita bisa meraih gelar takwa (QS. Al-Baqarah: 183). Mulianya derajat takwa sudah banyak dibahas oleh para ulama. Alquran dan hadis sendiri juga banyak berbicara tentang sifat tersebut serta pentingnya kita “berpakaian” dengannya. Takwa adalah spirit dalam membangun peradaban bagi umat Islam. Dengan takwa, Allah menjanjikan apa pun persoalan yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya.

Jika hari ini bangsa kita dilanda oleh kenestapaan panjang dalam kemiskinan, krisis moral kaum elitis dan politisi, buruknya tata kelola dan pelayanan publik, gagalnya lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah, maka bisa dipastikan karena ketakwaan telah jauh dari kehidupan kita atau sudah dianggap tidak penting lagi. Padahal, dengan takwa, Allah menjanjikan akan membuka keberkahan dari langit maupun bumi, dan akan dibukakan pintu rezeki dari jalan yang tidak kita duga. “Dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 194).

Di sisi lain, konsep takwa ini diwahyukan oleh Allah dengan tujuan membasmi dan memusnahkan kecongkakan dan ketakaburan orang-orang jahiliyah. Sifat takabur dan angkuh ini adalah gejala yang sangat transparan di kalangan orang-orang Arab pra-Islam. Sifat tersebut merupakan sumber pokok dan utama kemaksiatan (QS. Al-Baqarah: 34).

Menurut Shalih bin Ibrahim Shalih Alusy Syaikh (2006: 17), Alquran diturunkan untuk mengajak manusia menuju ketakwaan kepada Allah, agar tidak terjerumus dalam sifat takabur dan angkuh. Lalu bagaimana ciri-ciri orang yang bertakwa? Bisakah derajat agung ini kita deteksi agar kemudian kita bisa mengevaluasi diri kita, sudah sejauh manakah keberhasilan usaha kita dalam meraih gelar tersebut?

 Bersifat abstrak
Merujuk pada Alquran dan hadis, kita akan mendapati banyak sifat-sifat dari orang-orang yang bertakwa. Artinya, meski derajat mulia tersebut bersifat abstrak, tapi sifat-sifanya bisa kita deteksi. Dengan pendeteksian tersebut, kita berharap bahwa kita telah memiliki sebagian atau bahkan keseluruhan darinya. Selain itu, Alquran dan hadis juga berbicara tentang buah dari ketakwaan, hal-hal yang membentuk takwa dan yang merusaknya serta jalan menuju ketakwaan.

Banyak ciri-ciri orang yang bertakwa yang disebutkan dalam Alquran maupun sunnah. Dari ciri-ciri ini kita bisa memahami betapa orang-orang bertakwa ini memiliki banyak sekali keutamaan. Sungguh tidak mengherankan kalau Allah menyatakan mereka sebagai golongan yang paling mulia di antara manusia. Berdasarkan surat al-Baqarah ayat 2-5, karakteristik orang bertakwa adalah: beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian hartanya.


Sementara surat al-Baqarah ayat 177 juga menjelaskan karakteristik orang bertakwa, yaitu: Beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat, Alquran, dan kitab-kitab yang lain dan para Nabi, menafkahkan sebagian hartanya, memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menepati janji, bersabar dalam kesempitan dan penderitaan.
Dalam Surah Ali Imran ayat 15-17 Allah Swt juga dijelaskan karakteristik orang yang bertakwa, yaitu: Manusia yang berdoa, bersabar, benar, tetap taat kepada Allah, menafkahkan sebagian hartanya dijalan Allah, istighfar di waktu sahur.

Sementara dalam surah Ali Imran ayat 133-135 dijelaskan ciri-ciri takwa, yaitu: menafkahkan sebagian hartanya di waktu lapang dan sempit, menahan amarahnya, pemaaf, apabila berbuat kejahatan (maksiat), segera bertobat, tidak meneruskan perbuatan kejinya, padahal mereka mengetahuinya, berbuat kebaikan kepada orang lain. Dalam surat Az-Zumar, orang bertakwa itu adalah mereka yang membenarkan Rasulullah dan beriman kepadanya. 

Buah dan keuntungan dari takwa tersebut adalah sebagaimana dijelaskan Allah Swt dengan firmanNya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan, di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar, dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat: 15-19).

Ayat tersebut menjelaskan tentang buah takwa serta karakteristik orang-orang yang bertakwa agar menjadi barometer bagi kita dalam melihat sudah sejauhmana usaha kita meraih gelar takwa. Rasulullah SAW ditanya tentang penyebab yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga. Beliau menjawab: Bertakwa kepada Allah dan akhlak yang baik (takwallah wa husnul khuluq). Dan ketika ditanya tentang sesuatu yang paling banyak menjeru-muskan orang ke dalam neraka beliau menjawab, mulut dan kemaluan.” (HR. at-Tirmidzi).

Berdasarkan beberapa ayat di atas, jika kita himpun, maka ciri-ciri orang-orang yang bertakwa adalah beriman, mendirikan salat, menunaikan zakat/menafkahkan sebagian harta, menepati janji, sabar, berdoa kepada allah, benar, tetapa taat kepada allah, ingat, istighfar dan taubat kepada allah, menahan amarah, pemaaf, berbuat baik, tidak meneruskan perbuatan kejinya dan shalat Tahajud.

 Jalan menuju takwa
Banyak jalan menuju takwa. Namun ini beberapa jalan yang berhasil penulis ringkas dan simpukan dari beberapa buku yang sempat penulis baca berdasarkan dalil-dali dari Alquran dan hadits. Jalan menuju takwa antara lain yaitu dengan membaca Alquran, mengkaji dan merenungi maknanya (khususnya yang dengan ancaman Allah bagi orang-orang yang berbuat maksiat), serta melaksanakan isi kandungan Alquran. Istiqamah di jalan Allah (dalam kebaiakan). Puasa di bulan Ramadhan, melaksanakan qisah, mau mendengar nasehat orang lain, serta melakukan amar maruf nahi munkar, yaitu mengajak orang lain kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Bekerjasama dengan yang lain dalam kebaikan hingga tercipta kondisi lingkungan yang mendukung nilai-nilai ketakwaan (QS. Al-A’raf: 164). Mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw dan menghindari perkara yang tidak beliau ajarkan (QS. Al-An’am: 153).

Selain kita berbicara tentang ciri-ciri orang yang bertakwa dan jalan meraih gelar tersebut, kita juga mesti mendeteksi hal-hal yang bisa merusak takwa karena setiap sesuatu pasti mempunyai lawan yang menjadi antagonisnya. Hal ini pula yang terjadi pada takwa. Lawan (yang merusak) takwa ada lima, yaitu kufur, syirik, mendustakan Allah dan Rasul-rasulnya, fasiq, dan nifaq.

Pada akhirnya, Ramadhan diharapkan menjadi stimulus dalam membentuk peradaban manusia yang beradab. Mulai dari pribadi yang berakhlak paripurna, keluarga yang sakinah ma waddah wa rahmah, masyarakat yang rukun, damai dan madani, serta negeri yang berperadaban yang disebut dengan baldatun thaibatun wa rabbun ghafur, negeri yang baik dan penghuninya diampuni Allah.


Kita berharap, 11 bulan pasca Ramadhan nanti, kita bisa memenuhi kualifikasi hamba Allah Swt yang bertakwa sebagaimana karakteristik di atas, yaitu orang-orang yang tidak ada persoalan lagi dalam keimanannya, mendirikan shalat lima waktu, menunaikan zakat/menafkahkan sebagian harta yang Allah anugerahkan kepada kita, menepati janji apabila kita berjanji, sabar saat ditimpa musibah dan cobaan dari manusia dan Allah Swt.

Kemudian, tentunya selalu berdoa kepada Allah, selalu benar dalam kata dan perbuatan, tetapa taat kepada Allah (istiqamah), ingat, istighfar dan taubat kepada Allah atas segala dosa kecil dan apalagi dosa besar, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, berbuat baik kepada siapa pun, tidak meneruskan perbuatan kejinya dan shalat tahajjud. Wallahu a’lam bishshawab.

* Teuku Zulkhairi, MA, Ketua Departemen Riset Rabithah Thaliban Aceh (RTA). Email: abu.erbakan@gmail.com
Sumber: Serambi Indonesia


Monday, September 23, 2013
Posted by Unknown
Tag :

Wikipedia

Search results


Powered by Blogger.

Popular Posts

Copyright © HMI Kom. Teknik Unsyiah

Designed by Amirul Mukminin