- Back to Home »
- Opini »
- Mendeteksi Derajat Taqwa
Posted by : Unknown
Monday, September 23, 2013
TUJUAN
dari ibadah puasa menurut Alquran adalah agar kita bisa meraih gelar takwa (QS.
Al-Baqarah: 183). Mulianya derajat takwa sudah banyak dibahas oleh para ulama.
Alquran dan hadis sendiri juga banyak berbicara tentang sifat tersebut serta
pentingnya kita “berpakaian” dengannya. Takwa adalah spirit dalam membangun
peradaban bagi umat Islam. Dengan takwa, Allah menjanjikan apa pun persoalan
yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya.
Jika hari ini bangsa kita dilanda oleh kenestapaan panjang dalam
kemiskinan, krisis moral kaum elitis dan politisi, buruknya tata kelola dan
pelayanan publik, gagalnya lembaga pendidikan dan sekolah-sekolah, maka bisa
dipastikan karena ketakwaan telah jauh dari kehidupan kita atau sudah dianggap
tidak penting lagi. Padahal, dengan takwa, Allah menjanjikan akan membuka
keberkahan dari langit maupun bumi, dan akan dibukakan pintu rezeki dari jalan
yang tidak kita duga. “Dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 194).
Di sisi lain, konsep takwa ini diwahyukan oleh Allah dengan
tujuan membasmi dan memusnahkan kecongkakan dan ketakaburan orang-orang
jahiliyah. Sifat takabur dan angkuh ini adalah gejala yang sangat transparan di
kalangan orang-orang Arab pra-Islam. Sifat tersebut merupakan sumber pokok dan
utama kemaksiatan (QS. Al-Baqarah: 34).
Menurut Shalih bin Ibrahim Shalih Alusy Syaikh (2006: 17),
Alquran diturunkan untuk mengajak manusia menuju ketakwaan kepada Allah, agar
tidak terjerumus dalam sifat takabur dan angkuh. Lalu bagaimana ciri-ciri orang
yang bertakwa? Bisakah derajat agung ini kita deteksi agar kemudian kita bisa
mengevaluasi diri kita, sudah sejauh manakah keberhasilan usaha kita dalam
meraih gelar tersebut?
Bersifat abstrak
Merujuk pada Alquran dan hadis, kita akan mendapati banyak sifat-sifat dari orang-orang yang bertakwa. Artinya, meski derajat mulia tersebut bersifat abstrak, tapi sifat-sifanya bisa kita deteksi. Dengan pendeteksian tersebut, kita berharap bahwa kita telah memiliki sebagian atau bahkan keseluruhan darinya. Selain itu, Alquran dan hadis juga berbicara tentang buah dari ketakwaan, hal-hal yang membentuk takwa dan yang merusaknya serta jalan menuju ketakwaan.
Merujuk pada Alquran dan hadis, kita akan mendapati banyak sifat-sifat dari orang-orang yang bertakwa. Artinya, meski derajat mulia tersebut bersifat abstrak, tapi sifat-sifanya bisa kita deteksi. Dengan pendeteksian tersebut, kita berharap bahwa kita telah memiliki sebagian atau bahkan keseluruhan darinya. Selain itu, Alquran dan hadis juga berbicara tentang buah dari ketakwaan, hal-hal yang membentuk takwa dan yang merusaknya serta jalan menuju ketakwaan.
Banyak ciri-ciri orang yang bertakwa yang disebutkan dalam
Alquran maupun sunnah. Dari ciri-ciri ini kita bisa memahami betapa orang-orang
bertakwa ini memiliki banyak sekali keutamaan. Sungguh tidak mengherankan kalau
Allah menyatakan mereka sebagai golongan yang paling mulia di antara manusia.
Berdasarkan surat al-Baqarah ayat 2-5, karakteristik orang bertakwa adalah:
beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian hartanya.
Sementara surat al-Baqarah ayat 177 juga menjelaskan
karakteristik orang bertakwa, yaitu: Beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat, Alquran, dan kitab-kitab yang lain dan para Nabi, menafkahkan
sebagian hartanya, memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, mengeluarkan
zakat, menepati janji, bersabar dalam kesempitan dan penderitaan.
Dalam Surah Ali Imran ayat 15-17 Allah Swt juga dijelaskan
karakteristik orang yang bertakwa, yaitu: Manusia yang berdoa, bersabar, benar,
tetap taat kepada Allah, menafkahkan sebagian hartanya dijalan Allah, istighfar
di waktu sahur.
Sementara dalam surah Ali Imran ayat 133-135 dijelaskan
ciri-ciri takwa, yaitu: menafkahkan sebagian hartanya di waktu lapang dan
sempit, menahan amarahnya, pemaaf, apabila berbuat kejahatan (maksiat), segera
bertobat, tidak meneruskan perbuatan kejinya, padahal mereka mengetahuinya,
berbuat kebaikan kepada orang lain. Dalam surat Az-Zumar, orang bertakwa itu
adalah mereka yang membenarkan Rasulullah dan beriman kepadanya.
Buah dan keuntungan dari takwa tersebut adalah sebagaimana
dijelaskan Allah Swt dengan firmanNya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa
itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima
segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah
orang-orang yang berbuat kebaikan, di dunia mereka sedikit sekali tidur di
waktu malam, dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar, dan
pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat: 15-19).
Ayat tersebut menjelaskan tentang buah takwa serta karakteristik
orang-orang yang bertakwa agar menjadi barometer bagi kita dalam melihat sudah
sejauhmana usaha kita meraih gelar takwa. Rasulullah SAW ditanya tentang
penyebab yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga. Beliau menjawab:
Bertakwa kepada Allah dan akhlak yang baik (takwallah wa husnul khuluq). Dan
ketika ditanya tentang sesuatu yang paling banyak menjeru-muskan orang ke dalam
neraka beliau menjawab, mulut dan kemaluan.” (HR. at-Tirmidzi).
Berdasarkan beberapa ayat di atas, jika kita himpun, maka ciri-ciri
orang-orang yang bertakwa adalah beriman, mendirikan salat, menunaikan
zakat/menafkahkan sebagian harta, menepati janji, sabar, berdoa kepada allah,
benar, tetapa taat kepada allah, ingat, istighfar dan taubat kepada allah,
menahan amarah, pemaaf, berbuat baik, tidak meneruskan perbuatan kejinya dan
shalat Tahajud.
Jalan menuju takwa
Banyak jalan menuju takwa. Namun ini beberapa jalan yang berhasil penulis ringkas dan simpukan dari beberapa buku yang sempat penulis baca berdasarkan dalil-dali dari Alquran dan hadits. Jalan menuju takwa antara lain yaitu dengan membaca Alquran, mengkaji dan merenungi maknanya (khususnya yang dengan ancaman Allah bagi orang-orang yang berbuat maksiat), serta melaksanakan isi kandungan Alquran. Istiqamah di jalan Allah (dalam kebaiakan). Puasa di bulan Ramadhan, melaksanakan qisah, mau mendengar nasehat orang lain, serta melakukan amar maruf nahi munkar, yaitu mengajak orang lain kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Bekerjasama dengan yang lain dalam kebaikan hingga tercipta kondisi lingkungan yang mendukung nilai-nilai ketakwaan (QS. Al-A’raf: 164). Mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw dan menghindari perkara yang tidak beliau ajarkan (QS. Al-An’am: 153).
Banyak jalan menuju takwa. Namun ini beberapa jalan yang berhasil penulis ringkas dan simpukan dari beberapa buku yang sempat penulis baca berdasarkan dalil-dali dari Alquran dan hadits. Jalan menuju takwa antara lain yaitu dengan membaca Alquran, mengkaji dan merenungi maknanya (khususnya yang dengan ancaman Allah bagi orang-orang yang berbuat maksiat), serta melaksanakan isi kandungan Alquran. Istiqamah di jalan Allah (dalam kebaiakan). Puasa di bulan Ramadhan, melaksanakan qisah, mau mendengar nasehat orang lain, serta melakukan amar maruf nahi munkar, yaitu mengajak orang lain kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Bekerjasama dengan yang lain dalam kebaikan hingga tercipta kondisi lingkungan yang mendukung nilai-nilai ketakwaan (QS. Al-A’raf: 164). Mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah saw dan menghindari perkara yang tidak beliau ajarkan (QS. Al-An’am: 153).
Selain kita berbicara tentang ciri-ciri orang yang bertakwa dan
jalan meraih gelar tersebut, kita juga mesti mendeteksi hal-hal yang bisa
merusak takwa karena setiap sesuatu pasti mempunyai lawan yang menjadi
antagonisnya. Hal ini pula yang terjadi pada takwa. Lawan (yang merusak) takwa
ada lima, yaitu kufur, syirik, mendustakan Allah dan Rasul-rasulnya, fasiq, dan
nifaq.
Pada akhirnya, Ramadhan diharapkan menjadi stimulus dalam
membentuk peradaban manusia yang beradab. Mulai dari pribadi yang berakhlak
paripurna, keluarga yang sakinah ma waddah wa rahmah, masyarakat yang rukun,
damai dan madani, serta negeri yang berperadaban yang disebut dengan baldatun
thaibatun wa rabbun ghafur, negeri yang baik dan penghuninya diampuni Allah.
Kita berharap, 11 bulan pasca Ramadhan nanti, kita bisa memenuhi
kualifikasi hamba Allah Swt yang bertakwa sebagaimana karakteristik di atas,
yaitu orang-orang yang tidak ada persoalan lagi dalam keimanannya, mendirikan
shalat lima waktu, menunaikan zakat/menafkahkan sebagian harta yang Allah
anugerahkan kepada kita, menepati janji apabila kita berjanji, sabar saat
ditimpa musibah dan cobaan dari manusia dan Allah Swt.
Kemudian, tentunya selalu berdoa kepada Allah, selalu benar
dalam kata dan perbuatan, tetapa taat kepada Allah (istiqamah), ingat,
istighfar dan taubat kepada Allah atas segala dosa kecil dan apalagi dosa
besar, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, berbuat baik kepada
siapa pun, tidak meneruskan perbuatan kejinya dan shalat tahajjud. Wallahu
a’lam bishshawab.
* Teuku Zulkhairi, MA, Ketua Departemen Riset
Rabithah Thaliban Aceh (RTA). Email: abu.erbakan@gmail.com
Sumber:
Serambi Indonesia