Posted by : Unknown Thursday, May 23, 2013




“Maaf Bu..” tanya wanita paruh baya bertubuh gemuk itu, “Anak ibu kan berasal dari daerah, sudah yakin mau sekolah di SMA ini?”
“Insya Allah bu..” jawab wanita muda, guru ku.

“Oke, anak ibu inikan selalu juara di SMP nya, belum tentu nanti bisa juara juga disini” kata wanita paruh baya itu lagi, dia kepala TU di SMA ternama di Bengkulu, “Ini sekolah nomor satu di propinsi, saya takut anak ini stress kalau nggak juara lagi. Kan sering begitu, karena dulunya selalu juara 1, ketika dia tak juara lagi kemudian psikologinya terganggu. Coba dipikir-pikir dulu, beneran mau sekolah disini?”

“Ibu, Insya Allah anak saya ini bisa mengikuti pelajaran disini..” kata guruku, “Toh tadi saya sempet liat calon siswa disini, nilai anak saya bisa masuk kok di kelas unggulannya”
“Wah nggak bisa bu, walau nilai anak ibu masuk, anak ini tidak bisa bergabung di kelas unggulan. Itu kelas untuk anak-anak kota. Anak daerah, walau dia juara, belum tentu bisa bersaing. Toh kita semua tahu bahwa pendidikan di daerah jauh tertinggal..”
“Oh jadi ibu meremehkan kemampuan anak saya?”

“Memang kenyataannya begitu kan, bahwa pendidikan di daerah jauh tertinggal dibandingkan pendidikan di kota..”
“Begini bu.. okelah kalau memang anak saya tidak bisa masuk di kelas unggulan, masukkan saja di kelas kedua”
“Ibu yakin?”
“Bu..” guruku mulai emosi, “Saya mendidik anak ini 3 tahun, saya tahu kemampuannya.. sudah masukkan saja.. toh semua persyaratan sudah lengkap..”
Kepala TU itu diam.
“Ingat janji saya, jika anak ini tidak masuk 3 besar di kelasnya pada semester pertama, maka saya sendiri yang akan memindahkannya ke sekolah lain..”
“Oke, ingat ya.. ibu sendiri yang berjanji..”

Begitulah sepenggal kenangan yang selalu saya ingat hingga sekarang. Selain cacat, saya juga pernah dihina dina saat hendak masuk ke SMA ternama di kota Bengkulu. Masalahnya hanya satu, saya berasal dari SMP daerah dan diragukan bisa bersaing di SMA ternama itu.
Tapi, sekali lagi, berkat dorongan dari guru dan kerja keras serta doa dari orang tua, saya mampu menjadi juara 1 kelas dan juara umum di semester pertama. Alhamdulillah.

Kalian tahu, kala itu, saat pengumuman di lapangan berlangsung, Ka TU itulah yang maju pertama kali dan menyalami saya, “Selamat ya Syaiful.. kamu memang hebat..”. Saya hanya tersenyum seraya berujar, “Terimakasih Bu..”. Saat itu pula, saya sudah melupakan semua kejadian di awal pendaftaran. Justru dalam hati saya berterimakasih kepadanya. Karena kejadian itulah saya menjadi menggebu-gebu untuk belajar dan membuktikan bahwa saya mampu.

Teman-teman, kritikan, hinaan, keraguan, sering kali kita dapatkan dari orang lain. Wajar saja. Justru yang tidak wajar adalah ketika kita berlebihan meresponnya. Lebay!! Jadikan saja semua itu sebagai cambuk untuk terus memotivasi diri menjadi lebih baik. Begitulah cara elegan dalam menjawab kritikan, hinaan, dan keraguan yang kita terima dari orang lain.

Sumber : Kompas

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Wikipedia

Search results


Powered by Blogger.

Popular Posts

Copyright © HMI Kom. Teknik Unsyiah

Designed by Amirul Mukminin